Dalam kehidupan ini, ibu merupakan salah satu penopang yang kokoh bagi anaknya. Dengan segenap kasih sayang yang telah dicurahkannya sejak mengandung, melahirkan, hingga menyusui, ia telah menjadi pahlawan yang berjasa besar dalam tumbuh kembang seorang anak. Jika diamati, segala pengetahuan dan pedoman hidup yang membentuk karakter seorang anak banyak berasal dari orang tuanya, terutama dari sang ibu. Oleh karena itu, peran seorang ibu dalam mendidik anaknya tidak bisa dianggap remeh.
Sayangnya, di zaman modern ini, semakin banyak kasus broken home dan perceraian yang terjadi. Dua hal ini merupakan fenomena yang sangat berbahaya karena dapat mengganggu perkembangan mental dan emosional seorang anak. Dalam banyak kasus, situasi ini merupakan dampak negatif dari perkembangan teknologi yang begitu pesat. Oleh karena itu, perjuangan seorang ibu dalam mendidik anak dan menghadapi tantangan zaman patut diapresiasi.
Berkat peran besar inilah, setiap anak dari seluruh penjuru negeri memperingati Hari Ibu setiap tanggal 22 Desember. Peringatan ini menjadi salah satu cara untuk mengenang dan menghormati jasa serta kasih sayang seorang ibu. Peringatan ini sendiri pertama kali dideklarasikan dalam Kongres Perempuan Indonesia di Yogyakarta yang bertempat di Pendopo Dalem Jayadipuran milik Raden Tumenggung Joyodipoero.
Kongres juga dihadiri wakil-wakil dari perkumpulan Boedi Oetomo, PNI, Pemuda Indonesia, PSI, Walfadjri, Jong Java, Jong Madoera, Muhammadiyah, & Jong Islamieten Bond. Hari Ibu di Indonesia dilandasi atas perjuangan kaum perempuan dalam mewujudkan kemerdekaan, sehingga dalam dekritnya, Presiden Soekarno menetapkan 22 Desember sebagai hari ibu nasional.
Rasulullah SAW sendiri telah mewanti-wanti umat Islam untuk berbuat baik kepada ibu mereka, sebab surga berada di bawah kaki ibu. Hal ini ditegaskan dalam salah satu hadits:
“Wahai Rasulullah, saya ingin ikut berperang. Saya datang untuk meminta masukan dari Anda.” Maka beliau bersabda, ‘Apakah engkau memiliki ibu?’ Dia berkata, ‘Ya.’ Maka beliau bersabda, ‘Rawatlah dia, karena sesungguhnya surga berada pada kedua kakinya.'” (HR. Ahmad, 3/429; Nasai, 6/11).
Dari hadits ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa ibu adalah sosok yang sangat penting sehingga kita tidak boleh menyakiti perasaannya. Menjadi ibu yang baik tentu tidak mudah, tetapi peran para ibu sangat berpengaruh dalam membentuk generasi emas Indonesia di masa depan.
K.H. Taufiqul Hakim, pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Amtsilati, juga menekankan pentingnya berbakti kepada ibu dalam salah satu kitabnya, yakni kitab Al-fadhail. Dalam kitab tersebut, pembaca diajak untuk merenungkan peran besar seorang ibu serta ganjaran yang telah disiapkan Allah SWT bagi anak yang berbakti.
Berikut sebuah penggalan sya’ir yang menggambarkan pentingnya berbakti kepada ibu:
Ibu punya kedudukan tiga tingkat
Di atas Ayah sab-da Nabi Muhammad
Surga terletak {an~tara} kaki Ibu
Ridho Allah ada dalam ridha Ibu
Sungguh berbakti {pa~da} Ibu adalah
Amalan yang mendekatkan} pada Allah
Do’a Ibu {dika~bulkan} oleh Allah
Maka pada orang ~ tua berbaktilah
Dari semua argumen diatas, tidak pelak lagi Ibu adalah sosok penting dalam kehidupan yang menjadi penopang utama tumbuh kembang seorang anak. Di tengah tantangan modernitas, peran seorang ibu semakin berat, namun tidak kalah penting, kita diajarkan untuk senantiasa menghormati dan berbakti kepada ibu, sebagaimana ajaran Rasulullah SAW. Dengan melibatkan peran aktif para ibu, kita dapat menciptakan generasi yang lebih baik di masa depan.