Dauroh Ilmiyah Bedah Kitab Tahdzibul Qolbi Bersama K.H. Taufiqul Hakim di PP Salafiyyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo
K.H. Taufiqul Hakim kembali menyiarkan metode pendidikan inovatif, Amtsilati, yaitu metode cepat membaca kitab kuning, yang dilakukan dalam seminar di Ma’had Aly PP Salafiyyah Syafi’iyah Sukorejo, yang terletak di Situbondo, Jawa Timur. Acara seminar bertajuk “Dauroh Ilmiyah Bedah Kitab Tahdzibul Qolbi bersama K.H. Taufiqul Hakim” ini berlangsung pada Kamis pagi, 29 Agustus 2024. Dalam pelaksanaannya, para peserta terlihat semangat dan antusias mengingat mereka yang sudah mempelajari Metode Amtsilati dan berkesempatan untuk menemui pengarangnya langsung.
Acara yang berlangsung di Auditorium PP Salafiyyah Syafi’iyah Sukorejo ini juga turut dihadiri oleh Dr. (H.C) K.H. Afifuddin Muhajjir sebagai wakil kepala PP Salafiyyah Syafi’iyah Sukorejo, pengurus lembaga Amtsilatuna, dan siswa-siswi dari Ma’had Aly maupun lembaga Amtsilatuna PP Salafiyyah Syafi’iyah Sukorejo. Bertempat di Gedung Auditorium PP Salafiyyah Syafi’iyah Sukorejo, acara seminar ini diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan dilanjutkan dengan sambutan oleh Dr. (H.C) K.H. Afifuddin Muhajjir. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan:
“Apa yang selama ini diajarkan di pondok ini, dan di pondok pesantren nusantara yang lain, yang kita sebut sebagai Amtsilati, sehingga di sini ada lembaga non-formal yang kita sebut sebagai Lembaga Amtsilatuna. Jikalau ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah, jika ilmu-ilmu itu mempunyai bapak dan ibu, maka nahwu adalah bapaknya dan shorof adalah ibunya. Maka nahwu dan shorof mutlak harus dimiliki siapa saja yang ingin memahami agama dan sumbernya secara baik dan benar.”
“Salah satu contoh seorang alim dan seorang kiyai yang telah mencurahkan kemampuannya dan mengabdi kepada Islam dan kaum Muslimin di nusantara ini adalah beliau yang saat ini hadir di tempat ini, yaitu KH. Taufiqul Hakim dari Jepara. Mudah-mudahan jerih payah yang beliau curahkan dalam rangka izzil Islam wal Muslimin mendapatkan imbalan dan pahala dari Allah SWT,” tambah beliau.
Selepas sambutan, Wakil Rais Aam PBNU itu memberikan kitab karangan beliau sendiri, yakni Kitab Fathul Mujib Al-Qarib kepada K.H. Taufiqul Hakim. Saat memasuki waktu istirahat, Grup Rebana Al-Wijdan membacakan nadham dari kitab Khulasoh Amtsilati dan diikuti dengan kompak dan penuh semangat oleh seluruh peserta. Dalam seminarnya, dengan Ustadz Amirul Mukminin M.Pd sebagai moderator, K.H. Taufiqul Hakim mengenalkan dua kitab sekaligus. Di antaranya adalah Kitab Mausuati sebagai metode lanjutan bagi mereka yang sudah belajar Kitab Amtsilati, dengan diisi teori dan cara penerapan kitab Amtsilati dalam membaca kitab kuning. Selain itu, dikenalkan pula Kitab Tahdzibul Qolbi yang berisi syi’ir-syi’ir motivasi dan penyemangat dengan disertai pemahaman ilmu fiqih dan tasawuf yang mendalam. Selain dua kitab itu, beliau juga mempelajari Kitab Mabadi’ Jamiyah Nahdlatul Ulama dengan membacakan isi sambil diiringi pembacaan syi’ir menggunakan berbagai irama.
Acara ini semakin meriah saat Pengasuh PP Darul Falah Amtsilati ini mendemonstrasikan beberapa santrinya yang masih belia namun sudah cukup bisa menguasainya. Dr. (H.C) K.H. Afifuddin Muhajjir sangat mengapresiasi para santri yang masih MI tapi mampu menyerap ilmu nahwu dengan baik.
“Ini adalah sebuah anugerah ilmu yang sangat besar sekali yang mana anak yang masih usia MI mampu menghafal kitab-kitab yang mana semestinya untuk usia belasan tahun, bahkan lebih 20 tahun ke atas” Komentar Dr. (H.C) K.H. Afifuddin Muhajjir setelah demonstrasi.
Selain mengenalkan, K.H Taufiqul Hakim juga memberikan sanad keilmuan dari Kitab Mausuati dan Kitab Tahdzibul Qolbi kepada semua peserta acara. Acara mendekati akhir saat diadakan sesi tanya jawab interaktif sehingga para peserta benar-benar mengerti dan bisa mendalami apa saja yang telah dipelajari bersama dengan K.H. Taufiqul Hakim. Acara ditutup dengan doa dari K.H. Taufiqul Hakim dan pemberian cinderamata kepada Nyai Hajjah Munasiroh.
Diharapkan acara ini tidak hanya bisa menambah wawasan para santri tetapi juga meningkatkan minat belajar ilmu nahwu dan agama yang nantinya akan sangat bermanfaat. Muhammad Adi Putra selaku peserta seminar ini menyampaikan beberapa pelajaran yang telah didapatnya selama acara:
“Yang pertama, poin yang sangat penting yang beliau sampaikan adalah bahwa poin terpenting dalam menuntut ilmu bukanlah latar belakang pendidikan,” ucapnya dalam wawancara dengan S3 TV.
“Harapan saya selaku peserta dalam acara pagi menjelang siang ini adalah bagaimana nantinya beliau berkenan untuk tidak bosan-bosannya hadir ke pondok pesantren kami ini. Karena kalau melihat dari keadaan saat ini, beliau hanya satu kali saja. Karena barusan sangat seru dan begitu luar biasa antusiasme dari para hadirin, kami harapkan beliau bisa diundang kembali di hari-hari selanjutnya,” pungkasnya.
Penulis : Banom Jurnalistik Amtsilati